
Mendengar kata Bali tentunya kita semua akan membayangkan sebuah pulau di Wilayah Tengah Indonesia yang memiliki keindahan tak terkalahkan dibandingkan pulau-pulau lainnya di Indonesia. Sebuah pulau yang memiliki budaya yang masih sangat kental di kehidupan masyarakatnya. Sebuah pulau yang menjadi impian bagi semua orang untuk mengunjunginya atau bahkan menempatinya. Sebuah pulau yang lebih dikenal dengan Pulau Dewata karena di dalamnya terdapat dewa-dewa yang menjadi kepercayaan bagi penganut agama di sana yang sebagian besar menganut Agama Hindu. Tak heran, pulau ini disebut juga dengan, "Bali, The Island of Thousand Gods".
Kunjungan saya pertama kali ke sana sekitar akhir kelas 3 SMP (2002). Dan kunjungan kedua sekitar kelas 2 SMA (2005). Sewaktu kunjungan pertama saya ke sana belum terlalu menemukan apa istimewanya Bali. Bisa dibilang, mungkin saya belum sadar kalau Bali menyimpan sejuta keindahan dari segala sisi. Pemandangan, budaya, lalu lintasnya, keramahtamahan masyarakatnya, ke-asri-an-alamnya dan lain sebagainya yang tidak kita temukan di kota metropolitan atau kota-kota seperti Bandung atau Yogyakarta sekalipun. Saya baru sadar ketika saya berkunjung untuk kedua kalinya sekitar tahun 2005. Saya menjadi jatuh cinta terhadap pulau ini.

Hal pertama yang membuat saya jatuh cinta adalah ke-asri-an-lalulintasnya. Mungkin lalulintas yang sepi dan teratur tidak akan kita dapatkan di pusat kota seperti Kuta. Hal ini wajar, karena Kuta merupakan Point of Interest dari Pulau Bali. Semua wisatawan baik domestik maupun mancanegara menjadikan kota ini sebagai tempat mereka menginap dan segalanya. Tapi bila kita sedikit menjauh dari pusat kota, maka kenyamanan berkendara dan tertibnya lalu lintas di sana akan sangat terasa. Hal ini saya alami ketika saya melakukan perjalanan dari tempat menginap saya di Discovery Kartika Plaza Hotel di Kuta menuju Pura Besakih melewati Gunung Batur. Setelah agak menjauh dari Kuta, suasana jalan yang sepi dan asri akan dijumpai dengan pemandangan rumah penduduk pinggir-pinggir jalan atau persawahan yang membentang dengan gunung menjadi background-nya. Dalam perjalanan ke Pura Besakih, saya sempat berhenti sebentar di tepi Gunung Batur untuk melihat Danau Batur dari ketinggian. Ketika berada di tempat ini udara mulai terasa dingin. Wajar saja karena memang tempat saya berhenti ini berada di ketinggian mungkin lebih dari 500 m dari permukaan laut.


Selanjutnya adalah pemandangannya. Hamparan persawahan yang hijau dengan background gunung menjadi sesuatu hal yang menyenangkan bagi saya dan mungkin semua orang. Benar-benar asri dan belum terkontaminasi.
Hal ketiga adalah suasana masyarakatnya. Lagi-lagi tidak bosan saya untuk menyebutkan kata "asri". Kehidupan dan lingkungan masyarakat yang sepi, tenang dan damai membuat saya nyaman berada di sana. Bahkan untuk siang sekalipun, cobalah menjauh dari pusat kota, makan akan terasa suasanan itu lagi, lagi dan lagi. Kegiatan mengukir, menganyam dan melukis menjadi pemandangan sehari-hari di sana. Sepertinya budaya tersebut turun temurun dari para leluhur mereka. Jangan heran jika melihat banyak kaum hawa naik motor di jalan-jalan. Karena belum lama teman saya pernah berkata kalau memang kaum hawa di sana, terutama yang ibu-ibu, lebih bekerja keras daripada kaum adamnya. Wow, saya agak tercengang ketika mendengarnya. "Memang iya ya?", saya bertanya. Dan teman saya tersebut mengatakan dengan tegas, "iya". Hmmm, baru tahu saya.
Suasana malam pun demikian. Dibalik ramai dan hingar-bingarnya club-club malam di Kuta, sisi kota lainnya di Bali masih bisa menyediakan "kedamaian" untuk kita. Jimbaran menjadi tempat saya menghindar dari hingar-bingarnya Kuta pada saat itu. Saya pun menyambangi Jimbaran sebagai tempat untuk menikmati suasana malam. Pantai Jimabaran lebih tepatnya. Di sini merupakan surga untuk mereka para pecinta makanan laut (seafood). Berbagai makanan laut ada di sini. Mulai dari ikan, cumi, sampai kerang ada di sini. Bangku-bangku dan meja-meja tertata tepat berada di atas pasir. Dari sini juga saya menikmati Sunset Pulau Bali sambil sesekali dalam sunset tersebut terdapat siluet pesawat terbang yang landing dan take-off dari Bandara Internasional Ngurah Rai Bali.


Tidak akan pernah ada habisnya kalau mau membahas pulau yang satu ini. Keindahan dunia tersedia pulau ini. Saya bermimpi untuk menginjakkan kaki di sana lagi. Bahkan saya bercita-cita tinggal di sana. Mustahil memang, tapi saya berharap mimpi saya menginjakkan kembali kaki saya di Tanah Dewata menjadi kenyataan. Secepatnya saya ingin berada di sana lagi. Semoga. :)
NB: Foto-foto diambil oleh saya sendiri. Waktu itu masih menggunakan HP NOKIA 7620