Archive for 08/01/2010 - 09/01/2010

Untitled.

Photobucket



Ketika relung hati tak mampu menunjukkan sinarnya
Ketika itu juga sang mentari bersembunyi ke balik peraduannya
Kerika mata hati tak sanggup berbicara
Ketika itu juga dunia menutup matanya

Dunia tidak pernah sepi oleh sinar
Dunia tidak pernah berhenti bersinar

Dalam gelap mentari hanya mampu tertidur
Dalam gelap juga ia menarik sinar-sinar yang terulur

Malam masih merindukan pagi
Seperti kelam merindukan hati

Harapan Baru, Semangat Baru.

KRS Semester depan, 1 mata kuliah non-skrip dan 1 mata kuliah reguler.

Photobucket


Target hidup mati, taun depan harus lulus. Amin.

Merdeka? Coba Pikir Lagi.

Photobucket


Yakin kita sudah merdeka? Untuk sebagian orang mungkin mereka menjawab dengan lantang. Tapi tidak untuk sebagian lagi. Mereka masih terjebak di antara jurang kemiskinan, pengangguran, kelaparan dan lain sebagainya.

Merdeka bukan hanya bebas dari penjajahan secara fisik. Merdeka bukan hanya kenikmatan materi untuk sebagian orang. Coba pahami lebih jauh.

Saya menolak keras kalau ada yang bilang bangsa ini sudah merdeka. Dan saya juga menolak keras kalau ada yang berteriak-teriak merdeka. Mereka itu gak tau arti merdeka secara luas. Sayang sekali untuk mereka-mereka yang belum paham hal ini.

Kemiskinan masih banyak kok. Coba lihat di perempatan-perempatan lampu merah, masih banyak yang menengadahkan tangannya meminta-minta kepada pengguna jalan yang lewat. Apa dia itu merdeka?

Photobucket


Photobucket


Photobucket


Photobucket


Pengangguran juga demikian. Berpuluh-puluh ribu sarjana menganggur karena kesempatan kerja di Indonesia masih sangat sulit. Perbandingan mahasiswa yang lulus setiap tahunnya tidak sebanding dengan persentase peluang kerja yang diciptakan pemerintah. Mereka nganggus lantas tidak punya penghasilan dan akibatnya ya miskin. Apa ini merdeka?

Photobucket


Photobucket


Coba lihat saudara-saudara kira di daerah perbatasan. Taraf hidup mereka sangat jauh dari standart taraf hidup normal yang ada pada umumnya. Rumah mereka masih dari bilik-bilik dan kesempatan memperoleh pendidikan menjadi sangat sulit karena sulitnya juga memperoleh guru. Bisa dibayangkan, guru tersedia hanya sehari dalam satu bulan. Tidak heran karena hal ini mereka lantas memilih menjadi warga negara tetangga. Tidak usah disebut lah negara itu. Apa ini juga sudah merdeka?

Photobucket


Photobucket


Photobucket


Lalu bagaimana dengan saudara-saudara kita yang berada di ujung timur (Papua)? Sama halnya dengan masyarakat di perbatasan, taraf hidup mereka jauh di bawah normal. Barang pangan menjadi barang yang mahal. Akibatnya busung lapar menyerang mereka. Merdekakah mereka?

Photobucket


Saya pikir bangsa ini sangat jauh dari kata "merdeka" itu sendiri. Ya pemimpinnya tidak ada yang peka sama keadaan masyarakatnya. Mereka lebih memilih berlomba-lomba memperbanyak kekayaan untuk sanak saudara dan kerabatnya sendiri.

Photobucket


Photobucket


Photobucket


Photobucket


Photobucket


Photobucket


Photobucket


Jadi tolonglah pahami arti merdeka lebih dalam lagi. Sekali lagi, merdeka bukan hanya merdeka dari penjajahan fisik. Justru sekarang banyak penjajah-penjajah tak terlihat berupa non-fisik; kemiskinan, kelaparan, pengangguran dan sebagainya. Ini pelajaran untuk kita jadian acuan untuk rasa syukur kita sekaligus menunjukkan kepekaan dan kepeduliah terhadap saudara-saudara kita di luar sana. Tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki, minimal memperbaiki diri sendiri dan berbuat untuk orang lain.

NB: Foto-foto diperoleh dari google.

Yogyakarta, Tempat Ke-2 Yang Saya Cintai.

Photobucket


Yogyakarta, tempat ke-dua setelah Pulau Bali yang saya cintai. Berada di bagian tengah dari Pulau Jawa, tepatnya di pesisir selatan yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia.

Photobucket


Photobucket
Hujan dan kabut mengiringi perjalanan kami


3 Juli kemarin saya berkunjung ke sana lagi. Setelah terakhir saya ke sana sekitar tahun 2008. Berangkat dari Jakarta dengan Kereta Api Taksaka I sekitar Pukul 08.45 WIB dengan 2 orang teman saya, yaitu Bimo dan Shasya. Tiba di sana sekitar Pukul 18.00 WIB, perjalanan telat sekitar 1 jam dari yang seharusnya.

Photobucket
Monumen Serangan Umum 1 Maret


Photobucket
Perempatan Alun-alun Utara


Tidak ada yang banyak berubah dari kota itu. Mungkin agak sedikit padat. Atau mungkin karena waktu itu bertepatan dengan Muktamar salah satu Organisasi Islam terbesar. Entahlah. Yang jelas, parkiran di Malioboro tetap sama seperti 2 tahun lalu, tetap "Full Pressed Parking". Motor berdesak-desakkan berjajar di sebelah kiri jalan, di depan emperan toko-toko, hotel dan mall. Sementara di sebelah kanan berjajar para penjaja cindera mata khas Yogyakarta.

Photobucket
Kunci Motor Honda Astrea '93


Photobucket


Sesaknya parkiran Malioboro tidak membuat kecintaan saya terhadap kota ini berkurang. Kenapa? Karena sesak-nya tidak menghilangkan sikap ramah dan toleran juru parkirnya. Dalam keadaan yang sangat sempit mereka tetap ramah mengeluarkan motor-motor sang pengunjung. Kota ini benar-benar menawarkan berjuta keramahan. Mungkin yang tidak ramah hanyalah para pengamen pendatang luar kota yang tidak berbudaya. Sangat berbeda dengan Jakarta, dibalik semakin sesaknya kota, justru kebengisan semakin tumbuh.

Photobucket
Sempat Tersesat dan Menemukan Gedung Kosong Sebesar Ini


Selanjutnya, faktor ke-dua yang membuat saya jatuh cinta adalah keteraturan lalu-lintasnya. Sama halnya dengan Bali lalu-lintas di sini teratur. Para pengendara sepeda motor dengan tertib berhenti di belakang garis. Tidak ada pengendara yang ingin "mengalahkan" sesama pengendara lainnya di jalan. Jauh jika dibandingkan dengan Jakarta. Sangat jauh.

Photobucket
Berkunjung ke Universitas Islam Indonesia


Photobucket


Photobucket


Saya berada di sana selama 1 minggu. Menginap di sebuah rumah eyang teman di daerah Taman Siswa dengan keluarga yang ramah dan masih memiliki Budaya Jawa yang kuat, maklum keluarga itu masih ada unsur Darah Biru-nya. Banyak pelajaran yang bisa didapat dari keluarga itu, tentang sebuah kasih sayang dalam keluarga yang erat di setiap generasinya.

Photobucket
Pantai Parang Tritis


Photobucket


Kaliurang, Tamansari dan Pantai Parah Tritis sempat saya singgahi bersama teman-teman saya. Perjalanan ke Pantai Parang Tritis menurut saya yang paling berkesan. Semakin menjauhi pusat kota, jalanan menjadi semakin sepi, ditambah lagi jalan yang lurus dengan persawahan dan pohon-pohon di sebelah kiri dan kanan.

Photobucket
Lesehan di Alun-alun Kidul (Selatan)


Photobucket
Wedang Ronde


Photobucket


Photobucket


Tepat tanggal 10 Juli saya kembali ke Jakarta. Kembali menggunakan Kereta Api Taksaka Malam yang berangkat Pukul 08.00 WIB dari Stasiun Tugu. Ada perasaan berat ketika saya meninggalkan kota itu. Itu artinya saya harus menjauh dari keramahan dan keteraturan. Pertanyaan yang mucul selanjutnya adalah "kapan saya bisa ke sini lagi?."

Photobucket
Waroeng Steak (Menu Paling Mahal: Rp. 27.500)


Photobucket
Lesehan Malam Terakhir di Malioboro


Ya, Yogyakarta sukses membuat saya jatuh cinta.

NB: Foto-foto lain di sini

Rest In Peace: Kang Ibing.

Hari ini, Kamis, 19 Agustus 2010, tepat 2 hari setelah kita merayakan Hari Kemerdekaan Indonesia yang ke-65, seniman besar sekaligus pelawak asal Bandung Raden Aang Kusmayatna atau akrab disapa Kang Ibing (54) meninggal dunia di RS Al Islam.

Photobucket


Semoga amal ibadahmu diterima di sisi-Nya dan segenap keluarga dan kerabat yang ditinggalkan dilapangkan hatinya dan diberikan ketabahan. :)

Selamat jalan Kang Ibing...

Menulis Itu Butuh Waktu dan Gak Sembarangan.

Terbukti! Waktu saya kembali ke blog ini, post terakhir saya, saya buat di Bulan April kemarin. Kurang lebih 4 bulan saya nganggur dan tidak terlalu mengurusi blog ini. Memang saya akui, menulis bagi saya itu terkadang sangat amat butuh mood yang besar. Ya seperti sekarang ini, mungkin mood saya untuk menulis lagi sedang besar-besarnya. Saya rela tidak tidur lagi selepas sahur ini. Daritadi kegiatan yang saya lakukan hanya, browsing-browsing tentang Cerpen-cerpennya I Gusti Ngurah Putu Wijaya. Iseng-iseng sambil nambahin isi otak dengan cerpen-cerpen yang memiliki susunan kata yang apik. Ditambah lagi, akhir-akhir ini saya memang sedang menyukai dunia sastra dan sejarah. Hari ini juga mood saya untuk ngeblog muncul lagi. Hehehe...

Nanti saya akan update terus mengenai kejadian yang terlewatnya kurang lebih 4 bulan kemarin yang tak sempat ter-posting di sini.

Memang, menulis itu butuh waktu dan gak bisa sembarangan. Di tambah lagi ada mood yang mempengaruhi. Faktor-faktor lainnya ya, waktu luang dan lain sebagainya.

See you next post. Saya janji akan membahas kejadian-kejadian di bulan yang kemarin terlewatnya. Saya juga sudah memiliki list posting-an yang akan saya bahas, diantaranya:

1. Tentang liburan saya dan ketertarikan saya dengan sebuah kota bernama Yogyakarta.
2. Tentang beberapa buah buku yang telah saya baca. Sangat recomended dan saya jatuh cinta dengan buku-buku tersebut.
3. Tentang pendapat saya terhadap keadaan bangsa ini yang akhir-akhir ini sempat saya "sentil" melalui media jejaring sosial bernama twitter dan beberapa "teman" saya malah menganggap itu sebagai kritikkan gak berguna, sampah, dan segala hal macam lainnya.

Jadi cukup itu saja dulu. Nanti kalau ada hal lain yang penting, pasti list akan saya tambah atau mungkin langsung masuk ke posting-annya. :)